Selasa, 18 Oktober 2011

Runtuhnya Daulat Bani Abbasiyyah

Posted on 09.09 by ABOUT ME


SEBAB-SEBAB RUNTUHNYA DAULAT BANI ABBASIYYAH
Menurut beberapa literatur, ada beberapa sebab keruntuhan daulah Abbasyiah, yaitu
A. Faktor Internal
v Mayoritas kholifah Abbasyiah periode akhir lebih mementingkan urusan pribadi dan melalaikan tugas dan kewajiban mereka terhadap negara.
v Luasnya wilayah kekuasaan kerajaan Abbasyiah, sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukuan.
v Semakin kuatnya pengaruh keturunan Turki, mengakibatkan kelompok Arab dan Persia menaruh kecemburuan atas posisi mereka.
v Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi.
v Permusuhan antar kelompok suku dan kelompok agama.
v Merajalelanya korupsi dikalangan pejabat kerajaan.
B. Faktor Eksternal
v Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang dan menelan banyak korban.
v Penyerbuan Tentara Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan yang menghancrkan Baghdad. Jatuhnya Baghdad oleh Hukagu Khan menanndai berakhirnya kerajaan Abbasyiah dan muncul: Kerajaan Syafawiah di Iran, Kerajaan Usmani di Turki, dan Kerajaan Mughal di India.
C. Mengutamakan bangsa Asing dari bangsa Arab.
Keluarga Abbasiyah memberikan pangkat dan jabatan negeri yang penting-penting dan tinggi-tinggi, baik sipil maupun militer, kepada bangsa Persia. Mereka sebagian besar diangkat menjadi wazir, panglima tentara, wali (gubernur), hakim dan lain-lain. Oleh karena itu bangsa Arab membenci Khalifah-khalifah tersebut dan menjauhkan diri daripadanya.
D. Dendam atas keluarga Bani Umayyah dan permusuhan atas Alawyyin.
Dendam keluarga Abbasiyah menindas dan menganiaya keluarga Bani Umayyah serta perbuatan mereka memusuhi kaum Alawiyyin menambah amarah dalam hati mereka.
Keluarga Abbasiyah melakukan siasatnya yang demikian, mengakibatkan kerugian atas diri mereka sendiri. Mereka lupa bahwa berdirinya Daulat mereka juga atas bantuan dan pengorbanan besar kaum Alawiyyin dalam menjatuhkan kekuasaan Bani Umayyah.
Akibat dari permusuhan kedua keluarga besar itu, yaitu Abbasiyah dan Alawiyyin, timbulnya huru-hara dan pemberontakan hampir di seluruh pelosok negeri Islam.
E. Terpengaruh perselisihan paham agama.
Beberapa orang Khalifah Abbasiyah seperti Al-Makmun, Al-Mu’tashim dan Al-Watsiq, sangat terpengaruh oleh bid’ah-bid’ah, perselisihan madzhab dan aliran filsafat. Hal ini menimbulkan benih perpecahan menjadi beberapa partai dan golongan. Hal ini yang menjauhkan kaum Ulama dari mereka.
F. Rapuhnya Sistim bernegara
Diantara Khalifah Bani Abbas masih ada yang memberlakukan sistim bernegara yang sangat buruk, seperti mengangkat dua Putera Mahkota, yang juga dilakukan oleh khalifah-khalifah Bani Umayyah. Hal ini yang menimbulkan banyak sengketa dan bencana yang tidak habis-habisnya dalam lingkungan kerajaan.
G. Bencana Bangsa Turki
Diantara mereka terlalu mempercayai bangsa Turki yang selalu bercita-cita hendak merebut kekuasaan Khalifah, sehingga Daulat Abbasiyah menjadi medan percaturan dan pengkhianatan serta fitnah. Hal ini yang semula dilakukan oleh Al-Mu’tashim Billah.
Sangat besar bahaya bangsa Turki itu adas Daulat Bani Abbasiyah. Beberapa oang Khalifah jatuh menjadi korban mereka. Tiang tua dan segala persendian Daulat Abbasiyah rusak binasa olehnya. Kekacauan timbul dimana-mana, sedang dari Khalifah sendiripun menjadi permainan tangang-tangan panglima-panglima Turki. Perselisihan antara tentara dan rakyat sering terjadi. Permusuhan yang terjadi antara panglima-panglima Turkipun juga menambah buruknya suasana Khlilafah.
Kelemahan pemerintah pusat di Baghdad itu menjadi peluang yang empuk bagi para pimpinan wilayah untuk memutuskan dari Khilafah di pusat, mereka mendirikan kerajaan sendiri-sendiri, sehingga pada masa itu bediri kerajaan-kerajaan kecil (imarat) dalam lingkup Daulat itu sendiri.

DAULAT-DAULAT LAIN YANG BERDIRI DI ZAMAN DAULAT ABBASIYAH
Pengaruh daulat-daulat kecil yang berdiri sendiri:
Semenjak masa kejayaan Daulat Bani Abbas maupun masa kemundurannya banyak berdiri Daulat-daulat yang memisahkan diri dari Daulat Bani Abbas.
Berdirinya beberapa daulat kecil itu, walaupun tampaknya menjadi alamat kelemahan Daulat Bani Abbas, tetapi pengaruhnya besar juga untuk kemajuan dunia Islam. Karena dengan demikian lahir juga beberapa kota besar yang menjadi pusat ilmu pengetahuan, yang menyaingi kota-kota Abbasiyah, seperti Kordoba (Cordova), al-Qahirah (Kairo), dan Bukhara. Kalau dahulunya kota Baghdad megah sendirinya sebagai pusat peradaban dan pengetahuan, maka kota-kota itupun juga menjadi kiblat para ulama dan pujangga.
A. Di Masa Jayanya
Ketika Daulat Bani Abbas masih kuat dan jaya beberapa daulat berdiri, yaitu:
1. Daulat Bani Umayyah di Andalus.
Didirikan oleh Amir Abdurrahman Ad-Dakhil bin Mu’awiyah bin Hisyam pada tahun 138 H. (575 M.), yaitu ketika Daulat Bani Abbasiyah masih muda, ia melarikan diri ke Andalus untuk menyelamatkan jiwanya dari ancaman Bani Abbas. Setibanya di Andalus ia dinobatkan menjadi Amir (raja).
2. Daulat Bani Idris di Maroko (172-311 H. = 788-923 M.).
Didirikan oleh Idris bin Abdullah, seorang keturunan Ali bin Abi Talib, di zaman Khalifah Harun Arrasyid.
3. Daulat Bani Aghlab di Tunis (184-296 H. = 800-908 M.).
Didirikan oleh Ibrahim bin Aghlab sebagai hadiah dari Harun Arrasyid kepada keluarga Bani Aghlab.
4. Daulat Tahiriyah di Khurrasan (205-259 H. = 820-872 M.).
Didirikan di zaman Khalifah Al-Makmun oleh panglimanya yang perkasa Thahir bin Husein, sebagai hadiah dari Khalifah atas jasa
B. Di Masa Lemahnya
Ketika Daulat Abbasiyah memasuki masa kemundurannya, yaitu dimasa Khalifah-khalifahnya tidak berpengaruh lagi, diwaktu kekuasaan dipegang oleh Amir-amir bangsa Turki, makin banyak daerah-daerah yang hendak melepaskan diri dari Daulat Abbasiyah.
Di Mesir:
1. Daulat Bani Toulon pada tahun (254-292 H. = 868-905 M.).
2. Daulat Bani Ikhsyid pada tahun (323-358 H. = 935-969 M.).
3. Daulat Fathimiyyah pada tahun 358 H. = 969 M.
Di Persia dan Turkistan:
1. Daulat Bani Safar (254 – 290 H. = 868 – 903 M.).
Daulat ini didirikan oleh Ya’kub bin Laits As-Safary sebagai tandingan Daulat Bani Thahir di Khurrasan, di zaman Al-Mu’taz bin Al-Mutawakkil Khalifah Abbasiyah yang ketiga belas. Mulanya tidak ada minat bagi Ya’kub untuk melepaskan diri dari Daulat Abbasiyah. Baginya cukuplah kalau ia dijadikan Amir saja oleh Khalifah Khurrasan, agar ia dapat menaklukkan negeri-negeri yang dibawahi oleh Bani Thahir. Akan tetapi setelah ia dijadikan Amir saja oleh Khalifah di Khurrasan, agar ia dapat menaklukkan Persia, bahkan sampai hendak menaklukkan daerah-daerah Khalifah sendiri.
Maksud itu tercapanya di Persia, tapi khalifah tidak bisa ditundukkan, bahkan laskarnya sendiri dihancurkan oleh tentara Khalifah Al-Mu’tamid, Khalifah Abbasiyah yang kelima belas, dan ia sendiri terpaksa mundur sampai ke Persia. Daulat ini hanya berusia 36 tahun.
2. Daulat Bani Saman (261 – 389 H. = 874 – 999 M.).
Daulat ini didirikan oleh Isma’il bin Saman, berasal dari kalangan bangsawan yang dimuliakan di Persia. Ia mulai berpengaruh dalam Daulat Abbasiyah di zaman Khalifah Al-Makmun, sehingga ia diangkat menjadi wali Turkistan. Ketika Daulat Abbasiyah memasuki masa kemundurannya, pada masa Khalifah Al-Mu’tamid, Nasru bin Akhmad cucu Saman melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad lalu mendirikan kerajaan merdeka. Daulat Samaniyah ini dapat menaklukkan daerah-daerah yang semula dikuasai oleh Daulat Safariyah.
Jasa para Amir Bani Saman sangat besar dalam memajukan ilmu pengetahuan dan kebudayaan, khususnya kebudayaan Persia. Di zaman mereka lahir beberapa ulama yang mengarang beberapa buku pengetahuan seperti ilmu kedokteran, ilmu falak dan filsafat. Ibnu Sina seorang filosuf Islam itu mengakui bahwa perpustakaan di Bukhara ibukota Bani Samaniyah, penuh dengan buku-buku pengetahuan yang tidak ternilai harganya. Ia menyaksikan sendiri ketika ia berziarah ke negeri tersebut.
3. Daulat Bani Buaihi (334 – 447 H. = 945 – 1055 M.).
Daulat ini didirikan oleh tiga orang putera Buaihi, yaitu Ali, Hasan dan Akhmad, ketiga-tiganya memimpin negeri Dailam. Mereka mulai muncul dalam politik pada abad keempat Hijrah. Mereka mengabdi pada seorang panglima Dailam yang mempunyai pengaruh besar di negeri-negeri pesisir laut Kaspia dan di tanah Persia. Ketiga-tiganya disayangi oleh penglima itu sehingga mereka memperoleh kekuasaan memerintah di tanah-tanah sebelah Selatan Persia dan sebelah Timur Irak.
Ketika timbul huru-hara di Bahdad, Khalifah Abbasiyah XXII Al-Mustakfi minta bantuan kepada tiga orang putera Buaihi itu. Permintaan Khalifah itu dikabulkan mereka dan mereka segera datang ke Baghdad, disambut oleh Khalifah dengan segala kehormatan, lalu diserahi memegang kendali pemerintahan. Kepada Ali diberi gelar ‘Imaduddaulah’, kepada Hasan ‘Ruknud Daulah’ dan kepada Akhmad ‘Mu’izzud Daulah’. Nama gelar mereka masuk dalam cap mata uang. Maka dengan demikian kekuasaan mereka sangat besar di kota Baghdad. Ditangan mereka terletak segala perintah dan larangan, sedangkan Khalifah hanya tinggal nama saja. Hal ini dilakukan juga untu menjaga kehormatan dan martabat Khalifah dan kedudukan para pembesarnya agar mereka tidak jatuh, walaupun memang tidak berkuasa lagi.
Putera Buaihi yang semula memperoleh kekuasaan ialah ‘Mu’izaud Daulah’ Akhmad bin Buaihi, putera bungsu. Dimasanya timbul permusuhan antara tentara Dailam dan laskar Turki, dan perselisihan antara Ahlussunnah dan Syi’ah, sehingga kota Baghdad dan beberapa kota di tanah Persia telah menjadi medan huru-hara dan permusuhan.
Kelemahan Daulat Bani Abbas ini digunakan oleh orang-orang Byzantium untuk merebut kembali daerah-daerah mereka yang telah hilang di Asia Kecil (bagian Barat Mesopotamia) dan di Al-Jazirah, bahkan mereka sampai menyeberangi sungai Euphrat dan mengancam kota Baghdad.
Lebih satu abad lamanya keluarga Buaihi memegang kekuasaan di Irak Al-jazirah, Persia dan pesisir laut Kaspia.
4. Daulat Ghaznawiyah (351 – 582 H. = 962 – 1186 M.).
5. Daulat Hamdaniyah (317 – 394 H. = 929 – 1003 M.).
6. Daulat Bani Saljuk (447 – 965 H. = 1055 – 1258 M.).

No Response to "Runtuhnya Daulat Bani Abbasiyyah"

Leave A Reply

 
Copyright © 2011 My NoteBook
Designed by Rudy and XML Coded by Renzzal